RAK BUKU
buku-buku kadang lupa siapa diri mereka
atau mengapa mereka dipajang begitu saja
pada rak-rak si tukang baca.
jika si tukang baca mulai putus asa
mereka mulai telanjang
merayu mata tukang baca
dan mengecupnya berkali-kali.
*Ritapiret, 19 Januari 2015.
AIR LIUR
sejak pertemuan yang berakhir tragis itu
senyum seperti benda angkasa luar
yang sengaja bertamu dalam penatnya hidupmu. asing
dan hambar. belum lagi waktu yang sengaja membiarkan
rasamu membusuk bersama darah yang kau teteskan
di ujung kaki atau di lingkar lehermu.
membiarkan luka yang pernah muncul
di telapak kaki bagaikan api yang menjalar, membakar semua
padang ilalang, hangus dan hangus.
di depan orang-orang yang berlalu lalang itu
mukamu berpaling dan berpulang begitu saja
tanpa sedikit pun pernah bertanya, apakah dirimu
termasuk orang baik atau malah terhitung sebagai
lelucon yang dengan terpaksa harus ditertawakan. tidak lucu memang.
ia merentangkan diri dari mulutmu
perlahan meninggalkan kegusaranmu
masuk dan masuk dalam damaiku
lalu membasahi sekujur dada.
-sesungguhnya engkau tidak ingin melupakanku.
*Ritapiret, 18 Januari 2016.
AMNESIA
Tuhan kadang melupa
dari mana kau berasal
sebab lalaimu lebih dikenal-Nya.
TELEPON TENGAH MALAM
mendengar bunyi telepon tengah malam
seperti mimpi yang ketakutan
untuk tidur dengan kita.
kadangkala terasa payah untuk menenangkannya
dengan satu tangan yang waras.
*Ritapiret, 11 Januari 2016.
JAM DINDING
/1/
Ia memandangku dengan kaku
Jemarinya melipat perlahan
Dalam hitungan kelima
Ia membeku.
/2/
Detaknya mulai letih
Sesekali berhenti
Lalu kembali meniti
Langkahnya.
/3/
Banyak di antara kami
Mencibir dan mencacinya
Bahkan melemparinya
Dengan sumpah serapah.
/4/
Ia terus melaju seraya menatap
Ekor mata para pejalan kaki
Atau pedagang jalanan.
/5/
Suatu kali ia terkatung heran
Menyesali buruh kantoran
Selalu buru pergi buru pulang
Ia tak paham.
/6/
Ia kadang bersenda gurau
Dengan anak-anak jalanan
Mereka lebih menikmati dirinya
Berlari ke sana ke mari
Tanpa pernah bertanya:
Kapan?
Jam berapa sekarang?
Kenapa telat?
Dan lain-lain?
/7/
Ia membenci orang-orang
Yang tidak tenang
Dan selalu menggusar.
*Ritapiret, 5 Februari 2016.
MEMBACA SURAT CINTA
Aku pertama kali mendengar jeritan asmaramu
Sewaktu subuh persis menjelang pagi merapat
Ke kolam di samping ranjangmu. Ranjang yang membuat
Dirimu lupa akan masa lalu. Pernah suatu kali engkau
Lupa mengembalikan amplop berisikan mantra
Dan rumus-rumus kalkulasi; apakah cinta itu seperti
Perpangkatan yang terbalik?
Di depan cermin yang bertelanjang, mulailah kau merapal
Ayat-ayat sukamu. Kau melengkingkannya sampai
Telinga awan merasa berisik. Hanya langit yang mengagumi
Caramu menghafal butir-butir rindu yang menguap.
Dalam hitungan ketiga, tiba-tiba saja jantungmu berdetak kencang
Surat yang kau genggam menjadi kering.
Ada satu yang terlupakan; kau membuka suratmu
Tanpa pernah membayangkan bahwa matamu
Lebih suka memilih tidur.
*Ritapiret, 19 Januari 2016.